Saturday, October 29, 2016

Sunday, October 9, 2016

Tugas Softskill Inovasi Teknologi


PEMBUATAN APLIKASI INFORMASI TUNTUNAN SHALAT LIMA WAKTU DAN TATA CARA BERWUDHU BERBASIS ANDROID

Nama         : Nur Syahri Ramdani
Npm : 16113633

1.1 Pendahuluan

Dengan perkembangan teknologi yang kian maju, manusia dapat membuat berbagai macam peralatan sebagai alat bantu dalam menjalankan berbagai aktivitas untuk mendukung produktifitas. Dengan adanya inovasi teknologi informasi pekerjaan manusia dapat terbantu dan lebih mudah dalam melakukan aktifitas.

Seiring dengan tingkat mobilitas yang tinggi, beberapa tahun terakhir tengah marak perangkat bergerak atau mobile device. Salah satu perangkat mobile yang paling pesat adalah Handphone dimana hampir setiap orang memilikinya.

Handphone yang sedianya sebagai alat komunikasi, saat ini sudah lebih dari fungsi dasarnya. Berbagai macam fitur telah ditanamkan, seperti pengolah gambar dan video, pengolah dokumen dan lain sebagainya. Hal ini tak lepas dari penggunaan Sistem Operasi pada Handphone. Layaknya pada komputer, handphone pun dapat di-install berbagai macam aplikasi yang diinginkan.

Android sebagai Sistem Operasi berbasis linux yang dapat digunakan di berbagai perangkat mobile. Android memiliki tujuan utama untuk memajukan inovasi piranti telepon bergerak agar pengguna mampu mengeksplorasi kemampuan dan menambah pengalaman lebih dibandingkan dengan platform mobile lainnya. Hingga saat ini Android terus berkembang, baik secara sistem maupun aplikasinya.

Dengan kemajuan teknologi yang sekarang ini semua aplikasi bisa dibuat melalui android. Oleh karena itu, akan dibuat sebuah aplikasi mobile mengeni tuntunan shalat yang dalam pembelajarannya akan menyajikan cara yang berbeda. Dengan didukungnya oleh perkembangan sistem operasi pada mobile khususnya android.

Aplikasi ini dibuat untuk mempermudah para pengguna android khususnya yang beragama islam untuk mengetahui bagaimana tata cara melakukan shalat yang baik dan benar atau bagi siapa saja yang ingin belajar sholat. Karena aplikasi ini menyajikan tuntunan sholat lima waktu lengkap dengan cara berwudhu.

1.2 Batasan Masalah

Dalam perancangan aplikasi ini terdapat batasan masalah yaitu:

1.      Bahasa pemrograman yang digunakan dalam perancangan aplikasi ini adalah bahasa pemrograman java android (eclipse).

2.      Pemrograman yang digunakan untuk merancang aplikasi ini yaitu Pemrograman Java dan Android Emulator sebagai media percobaan untuk menjalankan aplikasi.

3.      Aplikasi ini terfokus untuk tuntunan sholat lima waktu dan tata cara berwudhu

                                              
1.3  Tujuan

Merancang suatu aplikasi informasi tuntunan sholat lima waktu dan tata cara berwudhu yang dapat berjalan pada handphone berbasis android. Dengan adanya aplikasi ini diharapkan dapat mempermudah dan membantu umat muslim khususnya pengguna android untuk mengetahui tata cara sholat lima waktu dan tata cara berwudhu. Memberikan informasi tentang tata cara sholat lima waktu bagi siapa saja yang ingin belajar sholat.

1.4  Metode Penelitian

Untuk pembuatan aplikasi ini menggunakan metode SDLC (System Development Life Cycle) yaitu sebuah proses untuk membangun system dan memberikannya kepada pengguna yang terdiri dari beberapa tahapan:

1.  Fase Perencanaan

Pada tahap ini meliputi tahapan mengidentifikasi masalah, batasan masalah, dan tujuan pembuatan aplikasi informasi sholat lima waktu berbasis android.

2.  Fase Analisis

Pada tahap ini, penulis mempelajari dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini dengan referensi-referensi, buku-buku, majalah, artikel ataupun via internet.


3.  Fase Perancangan

Pada tahap ini, prosedur perancangan pembuatan aplikasi informasi sholat lima waktu berbasis android dilakukan dalam beberapa tahap:
a.       Pembuatan Activity diagram
b.      Pembuatan aplikasi menggunakan bahasa pemrograman java android (Eclipse)

4.  Fase Implementasi

Pada fase ini, penulis melakukan pengujian dari sistem yang telah dibuat apakah sudah sesuai dan tepat bagi pengguna, jika sudah tepat maka aplikasi dapat di implementasikan.

5.  Fase Pemeliharaan

Pada fase ini dilakukan pemeliharaan berupa update atau menghilangkan error seperti bug dan lain-lain.

Share:

Saturday, July 2, 2016

Dampak Brexit bagi Uni Eropa



Keprihatinan Uni Eropa terhadap keputusan warga Inggris untuk keluar dari blok 28 negara itu tidak hanya menyoal sisi politik, namun juga mencakup berbagai sektor, baik ekonomi, perdagangan dan investasi.

Berikut sejumlah risiko dan manfaat ekonomi utama bagi 27 negara lainnya yang masih berada di Uni Eropa.
Anggaran/Ekonomi

Negara anggota Uni Eropa lain harus mengisi setidaknya setengah sejumlah kekurangan dari hilangnya kontribusi dana Inggris kepada Uni Eropa. Total kontribusi Inggris untuk anggaran Uni Eropa untuk tahun 2016 adalah 19,4 miliar euro, termasuk pemotongan tarif dan pajak impor. Inggris menerima sekitar 7 miliar euro dari subsidi regional dan pertanian.
Jerman, negara anggota Uni Eropa terbesar, akan mau tak mau harus menyediakan uang tunai ekstra untuk menutupi celah ini. Institut Jerman, Ifo, memperkirakan dana yang diperlukan mencapai 2,5 miliar euro.

UniCredit menyatakan akan terdapat sejumlah kekurangan di zona euro namun akan dapat teratasi. Sektor perdagangan, keuangan dan faktor ketidakpastian diperkirakan akan menyebabkan kondisi keuangan yang lebih sulit dan penundaan investasi. Uni Eropa akan menurunkan perkiraan produk domestik bruto (PDB) sebesar 0,5-1,0 persen dari saat ini yang sebesar 1,6 persen.

Perdagangan


Negara-negara anggota Uni Eropa mengalami surplus neraca perdagangan sekitar 100 miliar euro dalam perdagangan dengan Inggris. Sementara nilai ekspor Inggris lebih besar 20 miliar euro ketimbang nilai impornya. Kondisi serupa juga berlaku di bidang jasa keuangannya.

Banyak ekonom memperkirakan Brexit akan setidaknya, untuk sementara, mengurangi pertumbuhan Inggris. Faktor ketidakpastian juga akan memengaruhi permintaan domestik dan melemahkan mata uang pound sterling. Ini akan berimplikasi terhadap kinerja ekspor Uni Eropa ke Inggris, yang nilainya mencapai sekitar 2,6 persen dari total PDB Uni Eropa pada 2014.
Diperkirakan terjadi "kejutan dari sisi permintaan" di Inggris yang terkait dengan kemungkinan tarif impor baru.

Pegiat gerakan Brexit menilai Uni Eropa akan ingin membentuk kesepakatan perdagangan bebas dengan Inggris, meskipun Inggris keluar dari blok itu.

Satu-satunya ekspor bidang jasa Uni Eropa yang tak akan berpengaruh adalah sektor wisata ke Inggris.
Investasi

Inggris merupakan destinasi penanaman modal asing Uni Eropa yang terbesar, menurut data daro UNCTAD, dengan rata-rata mencapai US$56 miliar per tahun pada periode 2010-2014. Negara EU lainnya hanya memiliki jumlah penanaman modal kurang dari jumlah ini.

Sekitar 72 persen investor dalam kajian EY di tahun 2015 menyatakan bahwa akses memasuki pasar tunggal Uni Eropa merupakan faktor utama penanaman modal mereka di Inggris. Diperkirakan, para investor akan mencari akses dari negara lain jika Inggris tidak dapat menyediakan pintu masuk ke pasar tunggal Uni Eropa.

Imigrasi

Warga imigran atau ekspatriat akan menjadi kubu yang paling menderita jika Inggris keluar dari Uni Eropa. Berbagai kebijakan soal imigran di Inggris akan mengalami perubahan drastis.

Jumlah imigran di Inggris tahun 2015 mencapai 333 ribu orang, selalu naik 100 ribu setiap tahunnya sejak 1998.

Usai referendum yang memenangkan "keluar" dari UE, para ekspatriat Eropa di Inggris terancam dideportasi. Menurut laporan CNN, warga Eropa di Inggris mengaku resah.

Brexit juga akan mengancam 1,2 juta pekerja imigran di Inggris yang datang dari negara-negara Eropa Timur. Menurut data Reuters, pada 2014 sebanyak 853 ribu pekerja imigran Inggris berasal dari Polandia, 175 ribu dari Romanua dan 155 ribu dari Lithuania.

Negara Eropa dengan ekonomi besar lainnya, Jerman, juga diperkirakan akan kedatangan lebih banyak imigran Uni Eropa dengan keluarnya Inggris.
Share:

Agar Sepakbola (Indonesia) Tak Lagi Memakan Korban





Ulah suporter sepakbola Indonesia kembali membuat dahi berkerenyit. Laga antara Persija Jakarta di Stadion Utama Gelora Bung Karno menghadapi Sriwijaya FC memakan korban. Namun, insiden kali ini terbilang tak lazim. Bukan perselisihan antara suporter, melainkan bentrokan antara pendukung Persija Jakarta, The Jakmania, dengan pihak aparat keamanan.
Bentrokan itu membuat beberapa anggota polisi mengalami luka-luka. Bahkan satu di antaranya mengalami luka serius – dikabarkan Kompas, mata kiri Brigadir Hanafi terpaksa diangkat.
Terlepas adanya unsur balas dendam atas insiden sebelumnya yang menewaskan seorang Jakmania remaja atau membalas aksi kepolisian menembakkan gas air mata (pasti ada alasan mengapa polisi menembakkan gas air mata), yang dilakukan Jakmania kali ini jelas tidak bisa dibenarkan. Bentuk kekerasan apapun, terlepas dari siapa yang melakukannya, tak mungkin lepas dari hukum positif.
Namun bukan soal alasan kekerasan itu yang ingin kami soroti. Di samping aksi kekerasan di atas, ada hal yang lebih menggelitik, yakni hukuman Komisi Disiplin Indonesia Soccer Championship (ISC) terhadap insiden ini. Menjadi menggelitik karena Komdis ISC seolah tidak belajar dari yang sudah dan pernah terjadi.
Kekerasan suporter Indonesia tentu bukan kali ini saja terjadi. Terlalu banyak pula yang menjadi korban akan aksi kekerasan dari bentrokan yang melibatkan suporter. Di sinilah harusnya Komdis atau pengelola liga, yang meski mengatasnamakan pengelola baru namun merupakan orang-orang yang sebelumnya juga terlibat, harus bisa berbenah.
Persija Jakarta, atas kejadian di GBK kemarin, ‘hanya’ mendapatkan hukuman denda 100 juta rupiah, dinyatakan kalah WO (0-3) dan larangan penggunaan atribut Jakmania di pertandingan Persija Jakarta (kandang maupun tandang) hingga akhir ISC. Disebut ‘hanya’ karena hukuman seperti inilah yang berpotensi kembali menimbulkan masalah serupa di masa mendatang.
Larangan penggunaan tanpa atribut takkan menimbulkan efek finansial yang terlalu besar kepada klub, terutama jika dibandingkan dengan hukuman larangan tanpa penonton. Sementara bagi suporter, apakah sekadar melepaskan atribut akan membuat mereka-mereka yang datang ke stadion untuk berbuat onar kehilangan kesempatan? Memangnya suporter tak beratribut tak mungkin berbuat kekerasan?
Di sinilah terlihat Komdis tak benar-benar ingin menerapkan hukuman yang benar-benar berefek jera.
Sedikit mencontoh Inggris, setiap tragedi atau insiden pada pertandingan sepakbola selalu disikapi secara serius. Bahkan bukan hanya oleh pengelola liga atau Komisi Disiplin, melainkan oleh Negara yang memang bertugas menjamin keamanan setiap masyarakatnya.
Inggris pernah mengalami sejumlah tragedi di sepakbola yang memakan korban. Misalnya saja Tragedi Heysel, Tragedi Hillsborough, dan Tragedi Valley Parade pada tahun 1980-an.
Yang paling mendekati dengan kerusuhan GBK adalah Tragedi Heysel. Pada tragedi itu, pendukung Liverpool menyerang pendukung Juventus pada final Liga Champions 1985 di Stadion Heysel. Akibatnya, 39 tewas serta 600 luka-luka.
Pemerintah Inggris kemudian terjun langsung mengusut tuntas masalah tersebut. Bahkan tidak hanya pelaku yang menyebabkan insiden, namun seluruh elemen sepakbola di Inggris pun terkena dampaknya.
Pada tragedi Heysel, meski kala itu hanya pendukung Liverpool yang melakukan kekerasan, kesebelasan lain pun mendapatkan kerugian dari UEFA. UEFA tegas melarang kesebelasan asal Inggris berlaga di kompetisi internasional selama lima tahun dan tambahan tiga tahun untuk Liverpool.
Hal sama juga terjadi ketika terjadi tragedi Hillsborough yang menewaskan 96 pendukung Liverpool pada 1989 silam. Pemerintah Inggris Raya menyelidiki penyebab insiden tersebut terjadi dan menghasilkan laporan yang dikenal dengan nama Laporan Taylor.
Laporan itulah yang mendasari munculnya peraturan-peraturan yang secara tegas harus dipatuhi seluruh pihak pengelola stadion di seantero Inggris seperti pemisah antar tribun, adanya pemeriksaan keamanan, penghilangan tribun berdiri untuk menghindari membludaknya penonton, antar tempat duduk memiliki jarak 78cm hingga 80cm, hingga pengaturan lokasi antara penonton tuan rumah dan penonton tim tamu.
Penyelidikan pemerintah Inggris Raya pula, bukan oleh federasi sepakbola Inggris, apalagi pengelola liga, yang mengusut tuntas tragedi Valley Parade (kebakaran stadion). Langkah-langkah menyeluruh itulah yang akhirnya menyebabkan tak ada lagi tragedi yang sampai memakan korban jiwa. Liga Primer Inggris bahkan saat ini menjadi salah satu liga terbaik dunia.
Apa yang dilakukan Inggris ini patut dicontoh. Pemerintah wajib hadir dan mengambil tindakan serius ketika sebuah pertandingan sepakbola, juga olahraga lain, sampai memakan korban. Apalagi The Jakmania kemarin sampai dengan beraninya melawan aparat keamanan.
Para suporter kesebelasan Indonesia, tidak hanya Jakmania, harus menyadari hakikat pendukung kesebelasan. Suporter memiliki kata dasar “support”, yang artinya mendukung. Sementara mendukung, sangat jauh bahkan bertolak belakang dengan kekerasan.
Klub membutuhkan dukungan, teriakan dan nyanyian, serta pemasukan dari tiket pertandingan atau merchandise jika memungkinkan. Jika seorang suporter mencintai klub yang didukungnya, tentunya ia harus bisa menjaga sikap agar setiap perlakuannya tidak merugikan pihak klub.
Namun kembali lagi, apa yang terjadi di GBK harus menjadi pelajaran serius bagi seluruh rakyat Indonesia, khususnya pemerintah. Menghentikan liga, bahkan melarang penyelenggaraan sepakbola secara akbar (untuk menghindari turnamen-turnamen berskala besar), bisa jadi solusi yang benar jika pengelola liga terlalu memberikan toleransi pada setiap kekacauan yang mengancam nyawa banyak orang.
Perlu kembali diingat, insiden yang sudah terjadi di sepakbola Indonesia sudah terlalu sering berulang, bahkan untuk penyelenggaraan Indonesia Soccer Championship yang dikelola oleh operator liga (yang katanya) baru. Karenanya sepakbola Indonesia membutuhkan hukuman atau sikap yang lebih memberikan efek jera, bukan sekadar denda atau larangan atribut, di mana hal ini bisa dilakukan pemerintah agar sepakbola atau stadion tidak lagi menjadi tempat meregang nyawa.

Sumber:


panditfootball.com

Share: