Saturday, November 14, 2015

UCAPAN DAN EJAAN, KATA DAN PILIHAN KATA, KALIMAT EFEKTIF.



UCAPAN DAN EJAAN

Dalam bahasa Indonesia ada dikenal dua hal yang saling berkaitan yaitu Ucapan dan Ejaan.Dua hal ini merupakan hal yang berbeda namun memiliki keterkaitan yang sangat kuat diantara satu sama lainnya.Berikut apabila kedua hal tersebut kita jabarkan :

·        Ucapan
Menurut definisinya Ucapan merupakan suatu kaedah berkomunikasi secara lisan .Pada orang Indonesia sendiri , Bahasa Indonesia kebanyakan merupakan bahasa kedua bagi mereka.Bahasa Indonesia yang dimaksud disini merupakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagaimana mestinya serta sesuai dengan aturan aturannya.

Mengapa dikatakan bahasa kedua ?

Penyebabnya tidak lain adalah budaya / bahasa bahasa daerah asal dari masing masing individu itu sendiri.Bahasa Indonesia yang mereka ucapan merupakan hasil dari percampuran Bahasa Indonesia dengan bahasa daerah mereka.Cara mengetahuinya adalah cara berbahasa(logat) orang tersebut berbicara dan biasanya terdapat beberapa kata yang bukan merupakan Bahasa Indonesia dalam ucapannya. Hal ini akan dibahas pada bagian Ejaan.



·        Ejaan

Secara sederhana , Ejaan sendiri dapat dikatakan sebagai Ucapan namun dalam bentuk tulisan. Dalam Bahasa Indonesia sendiri terdapat beberapa aturan dalam penulisan Ejaan. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan Ejaan dalam Bahasa Indonesia.

1.      Penulisan Huruf Kapital
·         Digunakan untuk mengawali kalimat yang baru
Contohnya : Danau itu sangat ramai dikunjungi warga sekitar.
·         Digunakan untuk menulis yang berkaitan dengan nama Tuhan dan Kitab Suci
Contohnya : Segala sesuatu telah diatur oleh-Nya (Nya mewakilkan Tuhan).
·         Digunakan dalam penulisan nama orang , gelar , atau keagamaan
Contohnya : Agus Budi , Presiden Soekarno,  Sultan Ageng Tirtayasa
·         Digunakan dalam penulisan nama jabatan , Kota , Negara , Kabupaten , dsb
Contohnya : Presiden Republik Indonesia , Gubernur DKI Jakarta
·         Digunakan dalam penulisan nama lembaga
Contohnya : Universitas Gunadarma , Komisi Penyiaran Indonesia
·         Digunakan dalam penulisan nama orang yang diwakilkan dengan kata kata kekerabatan
Contohnya : Ayah , Ibu , Kakek , Nenek , Kakak , dsb

2.      Penulisan Huruf Tebal
·         Digunakan dalam penulisan judul buku atau majalah
Contohnya : Pedoman Berbahasa Indonesia , 1001 Fakta Ilmu Psikologi

3.      Penulisan Huruf Miring
·         Digunakan dalam penulisan kata kata ilmiah
Contohnya : “nama latin dari Gajah Asia adalah elephas maximus”.

4.      Penulisan Partikel dan Awalan
·         Partikel dibagi menjadi 2 jenis yaitu yang dirangkaikan (kalimatnya digabungkan) atau tidak dirangkaikan (kalimatnya dipisah)
·         Untuk yang dirangkaikan terdapat beberapa awalan antara lain :
-          Antar- , Contoh : Antarpulau , Antarkota , Antarbangsa
-          Maha- , Contoh : Mahasiswa,MahaKuasa,Mahaguru
-          Adi-, Contoh : Adikuasa,Adidaya,Adibusana
-          Pra-, Contoh : Prasejarah,Prasejahtera,    dan sebagainya,

·         Untuk yang tidak dirangkaikan menggunakan awalan Maha- , namun kata sambungnya sudah merupakan kata bentukan dari kata dasar sebelumnya.
Contohnya : Maha Pemurah , Maha Pengasih , Maha Mengetahui.

5.      Penulisan Bilangan
·         Untuk jumlah dalam kalimat percakapan , biasanya bilangan ditulis dengan huruf , namun untuk menyatakan jumlah pasti seperti harga barang biasanya bilangan ditulis dengan angka.
Contoh : “Ibu aku mau membeli lima butir permen” (dengan huruf)
                “Total belanjaan bulan ini sebesar Rp 1.500.000,-“ (dengan angka)
·         Untuk penulisan di dalam data atau grafik , bilangan wajib ditulis dengan angka. Apabila disertai dengan huruf biasanya dibatasi dengan tanda kurung.
Contoh : Rp 250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah)
·         Untuk penulisan waktu ditulis menggunakan angka dengan format jam.menit.detik , namun untuk detik jarang digunakan dan hanya digunakan pada beberapa materi.

6.      Tanda Baca
·         Tanda titik ( . )
-          Digunakan untuk mengakhiri suatu kalimat.
-          Digunakan untuk pemisah gelar ( Contoh : S.H , S.E , S.Pd , dll)
-          Dalam beberapa artikel diketahui juga digunakan dalam daftar pustaka yang rujukannya menggunakan sistem rujukan tahun dan halaman.

·         Tanda koma ( , )
-          Digunakan sebagai jeda dalam pengucapan kalimat.
-          Digunakan untuk kata yang dihubungkan dengan kata tetapi atau namun ataupun melainkan (Contoh : Dia anak pintar,tetapi sangat angkuh)
-          Digunakan sebagai pemisah bermacam macam kata yang serupa maknanya dalam suatu kalimat (Contoh : Rotinya ada rasa coklat,vanilla,keju,dan mocca)
-          Digunakan sebagai pembatas antara kalimat artikel dengan kalimat langsung ( Contoh : Dudi berkata,”Ibu aku mau berangkat ke sekolah”).

·         Tanda titik koma ( ; )
-          Digunakan untuk memisahkan kalimat kalimat dalam suatu perincian
-          Dalam surat keputusan banyak digunakan untuk membatasi kalimat kalimat yang merupakan bagian dari konsideransi dan bagian dari isi putusan itu sendiri.

·         Tanda titik dua ( : )
-          Digunakan pada kalimat yang mengandung beberapa anggota atau bagian yang diwakilkan dengan kata “ misalnya :” , “contohnya :´, atau “sebagai berikut :”
-          Banyak digunakan dalam kalimat berbentuk formula seperti biodata , atau pada surat surat , atau keanggotaan organisasi
(contohnya :
Nama         :
Kelas         :
Jabatan      : )

·         Tanda petik ( “ ” )
-          Digunakan untuk menunjukkan suatu kalimat unik / kata khiasan yang memiliki arti lain dari kalimat sebenarnya (Contoh : Di dekat rumahku dibangun sekolah “luar biasa” , Hidupnya sebagai “kupu-kupu” malam telah berakhir)

·         Tanda strip/hubung ( - )
-          Digunakan pada kata yang berulang ulang
-          Digunakan sebagai pemisah tanggal-bulan-tahun
-          Digunakan sebagai penghubung kalimat dengan angka ( Contoh : Hari ini hari ulang tahunku ke-19)
-          Digunakan sebagai penghubung huruf capital ke huruf kecil (diluar hukum huruf capital pada awal kalimat) (Contoh : Hanya kepada-Nya lah kita patut menyembah)
-          Digunakan sebagai kalimat jangkauan atau sampai dengan pada jumlah (Contoh : Tugas minggu ini ada pada halaman 20 – 22 )







KATA DAN PILIHAN KATA

1. Pengertian
Kata secara sederhana adalah sekumpulan huruf yang mempunyai arti. dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti tersendiri, yaitu kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. kata juga mengandung arti, sederetan huruf yang diapit dua spasi dan mempunyai arti.

Diksi adalah ketepatan pilihan kata untuk menyatakan sesuatu. Diksi atau pilihan kata pada dasarnya adalah hasil upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alinea, atau wacana. Diksi atau pilihan kata merupakan satu unsur yang sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari.


Pilihan kata atau Diksi adalah pemilihan kata – kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita ungkapkan. Diksi  atau Plilihan kata mencakup pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.


1.1 Imbuhan Dari Bahasa Asing

Selain imbuhan yang berasal dari B.Indonesia sendiri (-kan, me-, di-, dan lain-lain), kita juga mengenal imbuhan asing. Imbuhan asing ini sudah diserap dan disesuaikan dengan ejaan yang baku, EYD.

Imbuhan yang berasal dari asing itu adalah:

A. SANSEKERTA (-man , -wan, -wati)

a. Imbuhan –man
Ciri:
  •  diletakkan pada kata yang berakhir dengan vokal –i
  •  Menunjukkan laki-laki
  •  Fungsi : menbentuk kata benda
  •  Makna : orang yang. . .
Contoh:seniman, budiman
b. Imbuhan –wan
Ciri :
  •       Diletakkan pada kata yang berakhir dengan vokal selain –i
  •       Menunjukkan laki-laki
  •       Fungsi : membentuk kata benda dan sifat
  •       Makna : orang yang. . .
Contoh : cendekiawan , wartawan
c. Imbuhan –wati
Ciri :
  •      Sejalan dengan akhiran-wan
  •      Menunjukkan wanita
  •      Makna : orang yang. . .
Contoh : peragawati , olahragawati

B. ARAB ( -i, -wi, -iah )

Ciri :
  •           Diletakkan pada kata yang berakhir dengan vokal-a
  •           Makna : mempunyai sifat
  •           Fungsi : membentuk kata sifat / kata benda
Contoh : surgawi , duniawi

C. EROPA ( -is, -isme, -isasi )

i. Imbuhan –is
Ciri :
  •        Berasal dari bahasa belanda
  •        Makna : “yang bersifat” atau “orang yang . .”
  •        Fungsi : membentuk kata sifat atau kata benda
Contoh: teoritis , aktivis
ii. Imbuhan –isme
Ciri :
  •           Berasal dari bahasa belanda
  •           Makna : aliran atau paham
  •           Fungsi : membentuk kata benda
Contoh : komunisme , kapitalisme
iii. Imbuhan –isasi
Ciri :
  •  Berasal dari bahasa inggris
  •  Makna : proses
  • Fungsi : membentuk kata benda
Contoh : urbanisasi , imunisasi
Contoh kata-kata berimbuhan asing tersebut adalah:
- seniman (asal kata: seni)
- hartawan (asal kata: harta)
- wartawati (asal kata: warta)
- insani (asal kata: insan)
- duniawi (asal kata: dunia)
- lahiriah (asal kata: lahir)
- praktis (asal kata: praktik)
- materialistis (asal kata: material)
- spesialisasi (asal kata: spesial)


1.3 Upaya PengIndonesiaan

Di dalam upaya pengIndonesiaan, memang ada beberapa tahap yang dilakukan. Tahap itu antara lain adalah penerjemahan dan penyerapan. Penerjemaahan dilakukan dengan memanfaatkan antara lain, kosakata Bahasa Indonesia sebagai padanannya. Ada pertimbangan dalam penerjemahan itu, yakni ketepatan terjemahan dengan konsepnya. hal ini penting agar istilah terjemahan itu tidak berbeda dengan konsep istilah asingnya. caranya dapat dilakukan melalui terjemahan kata perkata (harafiah) ataupun melalui pengalhan konsepnya.

contoh :
Up grading diterjemahkan secara langsung menjadi penataran. sementara itu, money lundring diterjemahkan dengan pencucian uang. Istilah ini dalam bahasa asingnya terdiri dari dua unsur, yaitu money 'uang' dan undring 'pencucian'.

1.4 Makna Kata


Kata sebagai satuan dari perbendaharaan kata sebuah bahasa mengandung dua aspek, yaitu aspek bentuk/ekspresi adan isi makna.
Bentuk dan ekspresi adalah segi yang dapat diserap dengan pancaindria, yaitu dengan mendengar atau dengan melihat.
Isi atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan aspek bentuk tadi. Misalnya: ketika ada orang yang berteriak ’Maling!’, akan timbul reaksi dalam pikiran kita bahwa ada seseorang telah berusaha untuk mencuri barang atau milik orang lain. Jadi bentuk /ekspresinya adalah reaksi yang timbul pada orang yang sedang mendengar. Reaksi yang timbul dapat berwujud pengertian atau tindakan bahkan bisa keduanya.
Dalam berkomunikasi terdapat unsur penting dalam mendukung rangkaian kata yaitu:

  1. Pengertian, merupakan landasan dasar untuk menyampaikan hal-hal tertentu kepada pendengar atau pembaca dengan mengharapkan reaksi tertentu.
  2. Perasaan, lebih mengarah kepada sikap pembicara terhadap apa yang dikatakannya, bertalian dengan nilai rasa terhadap apa yang dikatakan pembicara atau penulis.
  3. Nada, mencangkup sikap pembicara atau penulis kepada pendengar atau pembacanya.
  4. Tujuan, yaitu efek yang ingin dicapai oleh pembicara atau penulis.
Macam-macam Makna
Secara umum makna dibedakan atas makna konotatif dan denotatif,penjabarannya sebagai berikut:
Makna Denotatif
Makna denotatif dapat pula disebut sebagai makna denotasional, kognitif, konseptual, ideasional, referensial, dan proposisional.dinamakan makna denotasional, referensial,konseptual, atau ideasional karena makna itu menunjuk  (denote) pada suatu referen, konsep, atau ide tertentu dari suatu referen. Disebut makna kognitif karena bertalian dengan kesadaran atau pengetahuan, stimulus (dari pihak pembicara) dan respons  (dari pihak pendengar)menyangkut hal-hal yang dapat diserap panca indria atau kesadaran  dan rasio manusia. Disebut sebagai makna proposisional karena bersifat faktual atau paling dasar pada sebuah kata. Contoh: Rumah itu luasnya 250 meter persegi.
Makna denotatif dapat dibedakan atas dua amacam relasi, yaitu : (1) relasi antara sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya, dan (2) relasi antara sebuah kata dan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya. Jadi, pengertian ’kursi’ adalah ciri-ciri yang membuat sesuatu disebut sebagai kursi, bukan sebuah kursi individual.
Makna Konotatif
Makna konotatif merupakan nilai komunikatif dari suatu ungkapan  menurut apa yang diacu, melebihi diatas isinya yang murni dan konseptual. Misalnya: ‘Woman’, secara konseptual dapat terdefinisikan melalui tiga sifat: manusia, perempuan dan dewasa (+HUMAN, -MALE, +ADULT). Akan tetapi makna kata ‘Woman’ jika diperluas maknanya maka dapat diasumsikan bahwa ‘woman’ mempunyai sifat tambahan yang tidak masuk kedalam kriteria dari makna konseptual tetapi dapat menjadi acuan dalam mendeskripsikan lebih luas lagi. Misalnya menggunakan parameter  sifat fisik (berkaki dua, memiliki rahim), berdasarkan sifat psikis dan sosial (suka berteman, memiliki naluri keibuan), diperluas dengan sifat tipikal yang belum tentu mutlak (pandai bicara, pandai memasak, memakai rok atau gaun), dapat diasumsikan juga dengan sifat ‘putatif’, yang acuannya disebabkan oleh pandangan yang diterima oleh individu atau sekelompok ataupun seluruh anggota masyarakat (lemah, gampang menangis, penakut, emosional, tidak rasional, tidak konstan, lembut, mudah menaruh simpati, suka kerja keras),  sehingga makna konotatif bersumber dari pandangan individu, masyarakat, yang biasanya melekat pada suatu hal pada dunia nyata. Akan tetapi makna konotatif bukan merupakan hal yang spesifik dan mutlak. Contoh lain yang bisa diamati adalah ’Baby’, dapat dikonotasikan secara visual dengan mengilustrasikan foto bayi, rengekan/tangisan, tanpa menggunakan konteks kata.
Konteks Linguistis dan Nonlinguistis
Istilah referensi menyatakan relasi antara bahasa denga sesuatu yang bukan bahasa yang dimasukkan dalam bidang semantik. Sedangkan relasi antar unsur-unsur bahasa sendiri yang dikaitkan dengan dengan pengalaman seseorang biasanya disebut sebagai pengertian (sense). Sehingga terdapat dua macam relasi yaitu: relasi antara bahasa dengan dunia pengalaman (referensi/makna) dan relasi antar unsur-unsur bahasa (pengertian/sense)
Konteks Nonlinguistis
Konteks linguistis mencangkup dua hal yaitu: (1) hubungan antara kata dengan barang/hal dan (2) hubungan antara bahasa dan masyarakat (konteks sosial). Menurut Firth (linguis Inggris), konteks sosial mencangkup:
Ciri-ciri relevan dari partisipan: orang-orang atau pribadi-pribadi yang terlibat dalam kegiatan berbicara. Ciri-ciri tersebut dapat berwujud: aksi verbal partisipan dan aksi non verbal partisipan.
Objek-objek yang relevan: pokok pembicaraan juga akan mempengaruhi bahasa para partisipan.
Efek dari aksi verbal: efek yang diharapkan oleh partisipan juga akan mempengaruhi pilihan kata.
Konteks Linguistis
Konteks linguistis adalah hubungan antara unsur bahasa yang satu dengan unsur bahasa yang lain. Konteks linguistis mencangkup konteks hubungan antara kata dengan kalata dalam frasa atau kalimat, hubungan antar frasa dalam sebuah kalimat atau wacana, dan juga hubungan antar kalimat dalam wacana. Dalam berbicara konteks maka diperlukan kolokasi. Kolokasi (collocation) adalah lingkungan leksikal dimana sebuah kata dapat muncul. Contoh: gelap berkolokasi dengan malam.
1.5 Struktur Leksikal
Yang dimaksud struktur leksikal adalah bermacam-macam relasi semantik yang terdapat pada kata. Hubungan antarkata tersebut dapat berupa: sinonimi, polisemi, homonimi, hiponimi, dan antonimi. Kelima relasi makna tersebut dapat dikelompokkan atas:
  1. relasi antara bentuk dan makna yang melibatkan sinonimi dan polisemi; (a) sinonimi: lebih dari satu bentuk bertalian denga satu makna. (b) polisemi: bentuk yang sama memiliki lebih dari satu makna.
  2. relasi antara dua makna yang melibatkan hiponimi dan antonimi;
(1) hiponimi: cakupan-cakupan makna dalam sebuah makna yang lain.
(2) antonimi: posisi sebuah makna diluar sebuah makna yang lain.
relasi antara dua bentuk yang melibatkan homonimi, yaitu satu bentuk mengacu pada dua referen yang berlainan.
Sinonimi (syn = sama, onoma = nama)
adalah (1) telaah mengenai bermacam-macam kata yang memiliki makna yang sama; (2) keadaan dimana dua kata atau lebih memiliki makna yang sama.
Kesinoniman kata dapat diukur dari: (1) kedua kata harus saling bertukar dalam semua konteks (sinonim total), (2) kedua kata itu memiliki identitas makna kognitif dan emotif yang sama (sinonim komplit), sehingga pada kriteria tersebut terdapat empat macam (1) sinonim total dan komplet, yang jarang ada, dan dijadikan landasan untuk menolak adanya sinonim (2) sinonim yang tidak total tapi komplet (3) sinonim yang total tetapi tidak komplet (4) sinonim yang tidak total dan tidak komplit. Sinonim terjadi karena adanya proses serapan (borrowing) contoh: prestasi, produksi dll. Faktor lain yang menyebabkan kesinoniman adalah emotif (nila rasa) dan evaluatif. Makna kognitif dari kata-kata yang bersinonim itu tetap sama, hanya nilai evaluatif dan emotifnya yang berbeda. Contoh: ekonomis-hemat-irit, dara-gadis-perawan, dsb.
Polisemi dan Homonimi
Polisemi (poly = banyak, sema = tanda) merupakan satu bentuk yang mempunyai beberapa makna. Sedangkan homonimi merupakan dua kata atau lebih tetapi memiliki bentuk yang sama.
Hiponimi
Hiponimi: merupakan semacam relasi antar kata yang berwujud atas-bawah atau di dalam suatu makna terkandung sejumlah komponen yang lain. Kelas atas disebut superordinat, sedangkan kelas bawah disebut hiponim. Contoh: bunga merupakan superordinat dan hiponimnya adalah mawar, melati, sedap malam,flamboyan, dll.
Antonimi adalah makna satuan lingual yang berlawanan, disebut juga dengan istilah oposisi. Berdasarkan sifatnya, oposisi makna dapat dibedakan menjadi enam macam, yaitu:
  1. oposisi kembar: oposisi yang mencangkup dua anggota (ciri utama: terjadinya penyangkalan yang satu berarti penegasan terhadap anggota yang lain, penegasan terhadap yang satu berarti penyangkalan terhadap yang lain). Contoh: laki-laki-wanita, anak itu laki-laki=anak itu bukan wanita, anak itu bukan laki-laki=anak itu wanita.
  2. oposisi majemuk: oposisi yang mencangkup suatu perangkat  yang terdiri dari dua kata. Contoh: logam, species binatang, warna dsb.ciri utama: penegasan terhadap suatu anggota akan menyangkup penyangkalan atas tiap anggota lainnya secara terpisah, tetapi penyangkalan terhadap suatu anggota akan mencakup penegasan mengenaikemungkinan dari semua anggota lain. Contoh: ’baju itu tidak hijau’ berarti baju itu bisa merah, putih dll.
  3. oposisi gradual: merupakan penyimpangan oposisi kembar yaitu antara dua istilah yang berlawanan masih terdapat sejumlah tingkatan ’antara’. Contoh: antara besar dan kecil, tinggi dan pendek. Ciri utama:penyangkalan terhadap yang satu mencakup penegasan terhadap yang lain, walaupun penegasan terhadap yang satu mencakup penyangkalan terhadap yang lain. Misalnya: ’rumah kami tidak besar’, tidak mencakup pengertian ’rumah kami kecil’. Walaupun ’rumah kami besar’ mencakup pengertian ’rumah kami tidak kecil’.
  4. oposisi relasional (kebalikan): merupakn oposisi antara dua kata yang mengandung relasi kebalikan. Contoh: orang tua-anak, suami-istri, utara-selatan,timur-barat, dll. Dalam kalimat: Ali menjualseekor sapi pada Tono- Tono membeli seekor sapi dari Ali.
  5. oposisi hirarkis: oposisi yang terjadi karena tiap istilah menduduki derajat yang berlainan. Oposisi ini sebenarnya sama dengan oposisi majemuk, namun terdapat suatu kriteria tambahan yaitu tingkat. Termasuk perangkat ukuran, penanggalan. Misalnya: inci-kaki-yard.
  6. oposisi inversi: oposisi yang terdapat pada pasangan kata seperti: beberapa-semua, mungkin-wajib, boleh-harus. Pengujian utama mengenai oposisi inversi mengikuti kaidah sinonim mencakup: (a) penggantian suatuistilah dengan yang lain, dan (b) mengubah posisi suatu penyangkalan dalam kaitan dengan istilah yang berlawanan. Misalnya: ’Beberapa negara tidak memiliki pantai, sinonim dengan: tidak semua negara memiliki pantai.
    sumber : 


KALIMAT EFEKTIF

Pengertian dan Contoh Kalimat Efektif Lengkap

Pengertian dan Contoh Kalimat Efektif Lengkap | Salah satu problem penulis pemula adalah abai terhadap efektifitas kalimat. Mereka terkadang tidak hirau terhadap hal itu karena obsesi menulis sebanyak mungkin kata. Tak jadi soal jika kalimat-kalimat yang dihasilkannya tidak efektif, bahkan salah secara tata bahasa.

Sah-sah saja sebenarnya jika hanya diniatkan untuk melancarkan gerak tangan dalam menulis. AS Laksana menyarankan hal demikian. Kecakapan dalam menulis bisa dimulai dengan mengetikkan apa yang ada di dalam kepala tanpa perlu mengoreksinya. Namun, pada teknik menulis AS Laksana, ada tahapan selanjutnya yang tidak boleh diabaikan, yaitu tahap editing.

Jadi, membuat kalimat-kalimat efektif dalam tulisan itu tetap penting. Lalu, apa sebenarnya kalimat efektif itu?

Pengertian Kalimat Efektif

Dalam buku “Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi”, E. Zainal Arifin dan S. Amran Tasai menyebutkan bahwa, kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Ketidakefektifan kalimat dapat membuat pesan yang disampaikan pembicara atau penulis tereduksi, sehingga akan beda maknanya saat ditangkap oleh pendengar atau pembicara.

Unsur-Unsur kalimat Efektif
Sebuah kalimat dinyatakan efektif bila mengandung beberapa ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa.

1. Kesepadanan
Kesepadanan adalah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Ciri-ciri kesepadanan ini meliputi:

a. Kalimat tersebut memiliki subjek dan predikat dengan jelas. Kejelasan subjek dan predikat dapat dilakukan dengan menghindarkan penggunaan kata di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya.
Contoh:
Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah (salah).
Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah (benar).

b. Tidak terdapat subjek ganda.
Contoh:
Soal itu saya kurang jelas (salah).
Soal itu bagi saya kurang jelas (benar).

c. Kata penghubung intra kalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
Kami datang agak terlambat. Sehingga tidak dapat mengikuti acara pertama (salah).
Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama (benar).
Atau,
Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama (benar).

d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu (salah).
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu (benar).

Baca Juga: Cara Mendapatkan Buku Gratis

2. Keparalelan
Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, jika bentuk pertama menggunakan nomina, maka bentuk kedua dan selanjutnya juga menggunakan nomina. Begitu pun dengan verba.

Contoh:
Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes (salah).
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes (benar).

3. Ketegasan
Ketegasan atau penekanan adalah suatu perlakukan menonjol pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Ada beberapa cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat, yaitu:

a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di awal kalimat.
Contoh:
Harapan Presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya: harapan Presiden.

b. Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar (salah).
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar (benar).

c. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka akan kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.

d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan mujur.

e. Menggunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang harus bertanggung jawab.

4. Kehematan
Kehematan adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Ada beberapa kriteria penghematan, yaitu:

a. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu (tidak hemat).
Karena tidak diundang, ia tidak datang ke tempat itu (hemat).

b. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Contoh:
Ia memakai baju warna merah (tidak hemat).
Ia memakai baju merah (hemat).

c.  Penghematan kata dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Contoh:
Sejak dari pagi dia bermenung (tidak hemat).
Sejak pagi dia bermenung (hemat).

d.  Penghematan dapat dilakukan dengan cara menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
Para tamu-tamu datang dari Jakarta kemarin (tidak hemat).
Para tamu datang dari Jakarta kemarin (hemat).

5. Kecermatan
Kecermatan adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsir ganda, dan tepat dalam pilihan kata.
Contoh:
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah (salah).
Mahasiswa perguruan tinggi terkenal itu menerima hadiah (benar).

6. Kepaduan
Yang dimaksud kepaduan di sini ialah kepaduan pernyataan dalam suatu kalimat sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah.

a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris. Karena itu, hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
Makalah ini membahas tentang desain interior pada rumah adat (tidak padu).
Makalah ini membahas desain interior pada rumah adat (padu).

Sumber:






Share: