
Pro-kontra masih mewarnai wacana penghapusan sistem pembatasan kendaraan
3 in 1 di Jakarta. Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta, akhirnya memutuskan
untuk memperpanjang uji coba mulai 14 April hingga 14 Mei 2016 mendatang.
Direktorat
Lalu Lintas Polda Metro Jaya, berharap perpanjangan uji coba ini menghasil data
yang objektif, agar dapat menjadi dasar pemerintah dalam mengambil keputusan.
Guna mendapatkan hasil objektif, Ditlantas Polda Metro Jaya tidak melakukan
langkah berlebihan sepanjang uji coba itu.
"Dalam
rangka antisipasi uji coba perpanjangan ini, Ditlantas tidak berlebihan.
Ditangani petugas rutin. Mereka sudah cukup banyak dari Utara Thamrin, Sudirman
Barat, itu sudah 200 lebih," ujar Kepala Subdirektorat Pembinaan dan
Penegakan Hukum Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya AKBP Budiyanto, beberapa waktu lalu.
Dikatakan
Budiyanto, alasan tidak melakukan langkah berlebihan, agar hasil uji coba alami
sesuai keadaan di lapangan. "Sehingga nanti hasilnya objektif. Kalau nanti
kita menambah personel atau kita melakukan rekayasa, hasilnya kurang obyektif.
Jadi kita biasa-biasa saja. Kecuali nanti hasilnya sudah diputuskan, baru kita
dukung," ungkapnya.
Budiyanto
menyampaikan, perpanjangan masa uji coba penghapusan 3 in 1 merupakan hasil
rapat yang digelar Dishub DKI Jakarta, Ditlantas Polda Metro Jaya, pengamat
transportasi, danstakeholder lainnya, Kamis (14/4) kemarin.
"Pada
rapat memang muncul beberapa masukan antara lain, meminta uji coba jangan satu
minggu karena kurang. Ada pro dan kontra, ada yang minta dilanjutkan dan ada
yang dihapuskan. Kalau dari Ditlantas kalau bisa 3 in 1 tetap berjalan sebelum
ada penggantinya. Namun karena hasil rapat uji coba dilanjutkan, ya kami
mengikuti saja. Uji coba ditambah empat minggu, terhitung mulai tanggal 14
April sampai 14 Mei," katanya.
Menurutnya,
pakar transportasi memberikan masukan bahwa dalam perpanjangan uji coba jangan
hanya mengukur volume kendaraan, namun waktu tempuh. "Mudah-mudahan nanti,
setelah ditambah empat minggu bisa digunakan sebagai bahan evaluasi, sehingga
hasilnya lebih objektif. Kemudian, digunakan sebagai dasar memutuskan suatu
kebijakan final dari pak gubernur, karena nanti akan direkomendasikan ke pak
gubernur," katanya.
Budiyanto
menyebutkan, hasil uji coba tahap pertama terjadi peningkatan volume kendaraan
rata-rata sebesar 24,35 persen. Misalnya dari Kebon Sirih, Sarinah, Bundaran
HI, peningkatan bisa 65 persen lebih. Kemudian, dari Semanggi mengarah Bundaran
Senayan 80 persen. Namun ada juga yang peningkatannya kecil 7 persen. Sementara
itu, ada juga penurunan volume seperti di Jalan KS Tubun, Rasuna Said, Palmerah.
"Selama 3 in 1, jalan-jalan itu digunakan sebagai jalan alternatif,"
tambahnya.
ERP Pilihan Tepat Pengganti 3 In 1
Sejumlah
wacana kebijakan pengganti muncul di tengah polemik penghapusan 3 in 1, antara
lain ganjil-genap, Electronic Road Pricing (ERP), hingga 4 in
1.
Budiyanto
mengatakan, sistem ERP merupakan pilihan yang paling tepat untuk menggantikan 3
in 1. Namun hal ini masih lama karena ERP membutuhkan proses cukup panjang,
seperti lelang, SDM dipersiapkan, sarana-prasarana, back office/data
base, dan payung hukumnya. "Menurut saya yang paling tepat penggantinya
ERP. Kalau nanti itu sebagai embrio penegakan hukumnya, kalau data base belum
valid ya susah," tandasnya.
0 comments:
Post a Comment