v
PERANAN
DAN FUNGSI BAHASA
I. PENGERTIAN BAHASA
Bahasa (dari bahasa Sanskerta भाषा, bhāṣā) adalah kapasitas khusus yang ada pada manusia untuk memperoleh, dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, dan sebuah bahasa adalah contoh spesifik dari sistem tersebut. Kajian ilmiah terhadap bahasa disebut dengan linguistik. Menurut para ahli bahasa adalah:
1. Pengertian Bahasa menurut (Depdiknas, 2005: 3) bahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran dan perasan manusia secara teratur, yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya.
2. Pengertian Bahasa menurut Harun Rasyid, Mansyur & Suratno (2009: 126) bahasa merupakan struktur dan makna yang bebas dari penggunanya, sebagai tanda yang menyimpulkan suatu tujuan.
3. Pengertian Bahasa menurut Plato bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut.
4. Pengertian bahsa menurut Bill Adams bahasa adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individu dalam sebuah konteks inter-subjektif.
5. Pengertian bahasa menurut Wittgenstein bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan realitas, dan memiliki bentuk dan struktur yang logis.
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi yang di gunakan di Indonesia.
II. DASAR HUKUM
Dasar hukum diterapkan berdasarkan UU Replubik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009, yaitu :
1) Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara dalam Pasal 36 Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 bersumber dari bahasa yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan yang dikembangkan sesuai dengan dinamika peradaban bangsa.
2) Bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai jati diri bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu berbagai suku bangsa, serta sarana komunikasi antardaerah dan antarbudaya daerah.
3) Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, pengantar pendidikan, komunikasi tingkat nasional, pengembangan kebudayaan nasional, transaksi dan dokumentasi niaga, serta sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan bahasa media massa.
III. KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA
1. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
Kedudukan pertama bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa persatuan. Hal ini tercantum dalam Sumpah pemuda (28-10-1928). Ini berarti bahwa bahasa Indonesia berkedudukan sebagai Bahasa Nasional. Kedua adalah sebagai bahasa negara. Dalam kedudukannya sebagai Bahasa Nasional, Bahasa Indonesia memiliki beberapa fungsi
1.1 Lambang kebanggaan kebangsaan
Bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai luhur yang mendasari perilaku bangsa Indonesia.
1.2 Lambang Identitas Nasional
Bahasa Indonesia mewakili jatidiri bangsa Indonesia, selain Bahasa Indonesia terdapat pula lambang identitas nasional yang lain yaitu bendera Merah-Putih dan lambang negara Garuda Pancasila.
1.3 Alat perhubungan
Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku dengan bahasa yang berbeda-beda, maka kan sangat sulit berkomunikasi kecuali ada satu bahasa pokok yang digunakan. Maka dari itu digunakanlah Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan perhubungan nasional.
1.4 Alat pemersatu bangsa
Mengacu pada keragaman yang ada pada Indonesia dari suku, agama, ras, dan budaya, bahasa Indonesia dijadikan sebagai media yang dapat membuat kesemua elemen masyarakat yang beragam tersebut kedalam sebuah persatuan.
2. Kedudukan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Negara
Bahasa negara sama saja dengan bahasa nasional atau bahasa persatuan artinya bahasa negara merupakan bahasa primer dam baku yang acapkali digunakan pada kesempatan yang formal. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara yaitu :
2.1 Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan.
Kedudukan pertama dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dibuktikan dengan digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu dipakailah bahasa Indonesia dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulis.
2.2 Bahasa Indonesia sebagai alat pengantar dalam dunia pendidikan.
Kedudukan kedua dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dibuktikan dengan pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan dari taman kanak-kanak, maka materi pelajaran yang berbentuk media cetak juga harus berbahasa Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan menerjemahkan buku-buku yang berbahasa asing atau menyusunnya sendiri. Cara ini akan sangat membantu dalam meningkatkan perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknolologi (iptek).
2.3 Bahasa Indonesia sebagai penghubung pada tingkat Nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah.
Kedudukan ketiga dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dibuktikan dengan digunakannya Bahasa Indonesia dalam hubungan antar badan pemerintah dan penyebarluasan informasi kepada masyarakat. Sehubungan dengan itu hendaknya diadakan penyeragaman sistem administrasi dan mutu media komunikasi massa. Tujuan agar isi atau pesan yang disampaikan dapat dengan cepat dan tepat diterima oleh masyarakat.
2.4 Bahasa Indonesia Sebagai pengembangan kebudayaan Nasional, Ilmu dan Teknologi.
Kedudukan keempat dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dibuktikan dengan penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi, baik melalui buku-buku pelajaran, buku-buku populer, majalah-majalah ilmiah maupun media cetak lainnya. Karena sangatlah tidak mungkin bila suatu buku yang menjelaskan tentang suatu kebudayaan daerah, ditulis dengan menggunakan bahasa daerah itu sendiri, dan menyebabkan orang lain belum tentu akan mengerti.
IV. FUNGSI BAHASA INDONESIA
1. Fungsi bahasa secara umum :
1) Sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri. Melalui bahasa kita dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam hati dan pikiran kita.
2) Sebagai alat komunikasi. Bahasa merupakan saluran maksud seseorang, yang melahirkan perasaan dan memungkinkan masyarakat untuk bekerja sama. Pada saat menggunakan bahasa sebagai komunikasi,berarti memiliki tujuan agar para pembaca atau pendengar menjadi sasaran utama perhatian seseorang. Manusia memakai dua cara berkomunikasi, yaitu verbal dan non verbal. Berkomunikasi secara verbal dilakukan menggunakan alat/media (lisan dan tulis), sedangkan berkomunikasi cesara non verbal dilakukan menggunakan media berupa aneka symbol, isyarat, kode, dan bunyi seperti tanda lalu lintas,sirene setelah itu diterjemahkan kedalam bahasa manusia.
3) Sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial. Pada saat beradaptasi di lingkungan sosial, seseorang akan memilih bahasa yang digunakan tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. Seseorang akan menggunakan bahasa yang non-formal pada saat berbicara dengan teman dan menggunakan bahasa formal pada saat berbicara dengan orang tua atau yang dihormati.
4) Sebagai alat kontrol Sosial. Yang mempengaruhi sikap, tingkah laku, serta tutur kata seseorang. Kontrol sosial dapat diterapkan pada diri sendiri dan masyarakat.
2. Fungsi bahasa secara khusus:
1) Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari. Manusia adalah makhluk sosial yang tak terlepas dari hubungan komunikasi dengan makhluk sosialnya. Komunikasi yang berlangsung dapat menggunakan bahasa formal dan non formal.
2) Mewujudkan Seni. Bahasa yang dapat dipakai untuk mengungkapkan perasaan melalui media seni khususnya dalam hal sastra. Terkadang bahasa yang digunakan yang memiliki makna denotasi atau makna yang tersirat. Dalam hal ini, diperlukan pemahaman yang mendalam agar bisa mengetahui makna yang ingin disampaikan.
3) Mempelajari bahasa kuno. Dengan mempelajari bahasa kuno, akan dapat mengetahui peristiwa atau kejadian dimasa lampau. Untuk mengantisipasi kejadian yang mungkin atau dapat terjadi kembali dimasa yang akan datang, atau hanya sekedar memenuhi rasa keingintahuan tentang latar belakang dari suatu hal.
4) Mengeksploitasi IPTEK. Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia akan selalu didokumentasikan supaya manusia lainnya juga dapat mempergunakannya dan melestarikannya demi kebaikan manusia itu sendiri.
V. PERANAN BAHASA INDONESIA
1. Bahasa sebagai alat komunikasi.
2. Bahasa sebagai alat pengekspresian diri.
3. Bahasa sebagai kontrol sosial.
4. Bahasa sebagai alat intergrasi dan adaptasi sosial dalam lingkungan.
Bahasa (dari bahasa Sanskerta भाषा, bhāṣā) adalah kapasitas khusus yang ada pada manusia untuk memperoleh, dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, dan sebuah bahasa adalah contoh spesifik dari sistem tersebut. Kajian ilmiah terhadap bahasa disebut dengan linguistik. Menurut para ahli bahasa adalah:
1. Pengertian Bahasa menurut (Depdiknas, 2005: 3) bahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran dan perasan manusia secara teratur, yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya.
2. Pengertian Bahasa menurut Harun Rasyid, Mansyur & Suratno (2009: 126) bahasa merupakan struktur dan makna yang bebas dari penggunanya, sebagai tanda yang menyimpulkan suatu tujuan.
3. Pengertian Bahasa menurut Plato bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut.
4. Pengertian bahsa menurut Bill Adams bahasa adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individu dalam sebuah konteks inter-subjektif.
5. Pengertian bahasa menurut Wittgenstein bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan realitas, dan memiliki bentuk dan struktur yang logis.
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi yang di gunakan di Indonesia.
II. DASAR HUKUM
Dasar hukum diterapkan berdasarkan UU Replubik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009, yaitu :
1) Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara dalam Pasal 36 Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 bersumber dari bahasa yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan yang dikembangkan sesuai dengan dinamika peradaban bangsa.
2) Bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai jati diri bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu berbagai suku bangsa, serta sarana komunikasi antardaerah dan antarbudaya daerah.
3) Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, pengantar pendidikan, komunikasi tingkat nasional, pengembangan kebudayaan nasional, transaksi dan dokumentasi niaga, serta sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan bahasa media massa.
III. KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA
1. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
Kedudukan pertama bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa persatuan. Hal ini tercantum dalam Sumpah pemuda (28-10-1928). Ini berarti bahwa bahasa Indonesia berkedudukan sebagai Bahasa Nasional. Kedua adalah sebagai bahasa negara. Dalam kedudukannya sebagai Bahasa Nasional, Bahasa Indonesia memiliki beberapa fungsi
1.1 Lambang kebanggaan kebangsaan
Bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai luhur yang mendasari perilaku bangsa Indonesia.
1.2 Lambang Identitas Nasional
Bahasa Indonesia mewakili jatidiri bangsa Indonesia, selain Bahasa Indonesia terdapat pula lambang identitas nasional yang lain yaitu bendera Merah-Putih dan lambang negara Garuda Pancasila.
1.3 Alat perhubungan
Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku dengan bahasa yang berbeda-beda, maka kan sangat sulit berkomunikasi kecuali ada satu bahasa pokok yang digunakan. Maka dari itu digunakanlah Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan perhubungan nasional.
1.4 Alat pemersatu bangsa
Mengacu pada keragaman yang ada pada Indonesia dari suku, agama, ras, dan budaya, bahasa Indonesia dijadikan sebagai media yang dapat membuat kesemua elemen masyarakat yang beragam tersebut kedalam sebuah persatuan.
2. Kedudukan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Negara
Bahasa negara sama saja dengan bahasa nasional atau bahasa persatuan artinya bahasa negara merupakan bahasa primer dam baku yang acapkali digunakan pada kesempatan yang formal. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara yaitu :
2.1 Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan.
Kedudukan pertama dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dibuktikan dengan digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu dipakailah bahasa Indonesia dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulis.
2.2 Bahasa Indonesia sebagai alat pengantar dalam dunia pendidikan.
Kedudukan kedua dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dibuktikan dengan pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan dari taman kanak-kanak, maka materi pelajaran yang berbentuk media cetak juga harus berbahasa Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan menerjemahkan buku-buku yang berbahasa asing atau menyusunnya sendiri. Cara ini akan sangat membantu dalam meningkatkan perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknolologi (iptek).
2.3 Bahasa Indonesia sebagai penghubung pada tingkat Nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah.
Kedudukan ketiga dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dibuktikan dengan digunakannya Bahasa Indonesia dalam hubungan antar badan pemerintah dan penyebarluasan informasi kepada masyarakat. Sehubungan dengan itu hendaknya diadakan penyeragaman sistem administrasi dan mutu media komunikasi massa. Tujuan agar isi atau pesan yang disampaikan dapat dengan cepat dan tepat diterima oleh masyarakat.
2.4 Bahasa Indonesia Sebagai pengembangan kebudayaan Nasional, Ilmu dan Teknologi.
Kedudukan keempat dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dibuktikan dengan penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi, baik melalui buku-buku pelajaran, buku-buku populer, majalah-majalah ilmiah maupun media cetak lainnya. Karena sangatlah tidak mungkin bila suatu buku yang menjelaskan tentang suatu kebudayaan daerah, ditulis dengan menggunakan bahasa daerah itu sendiri, dan menyebabkan orang lain belum tentu akan mengerti.
IV. FUNGSI BAHASA INDONESIA
1. Fungsi bahasa secara umum :
1) Sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri. Melalui bahasa kita dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam hati dan pikiran kita.
2) Sebagai alat komunikasi. Bahasa merupakan saluran maksud seseorang, yang melahirkan perasaan dan memungkinkan masyarakat untuk bekerja sama. Pada saat menggunakan bahasa sebagai komunikasi,berarti memiliki tujuan agar para pembaca atau pendengar menjadi sasaran utama perhatian seseorang. Manusia memakai dua cara berkomunikasi, yaitu verbal dan non verbal. Berkomunikasi secara verbal dilakukan menggunakan alat/media (lisan dan tulis), sedangkan berkomunikasi cesara non verbal dilakukan menggunakan media berupa aneka symbol, isyarat, kode, dan bunyi seperti tanda lalu lintas,sirene setelah itu diterjemahkan kedalam bahasa manusia.
3) Sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial. Pada saat beradaptasi di lingkungan sosial, seseorang akan memilih bahasa yang digunakan tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. Seseorang akan menggunakan bahasa yang non-formal pada saat berbicara dengan teman dan menggunakan bahasa formal pada saat berbicara dengan orang tua atau yang dihormati.
4) Sebagai alat kontrol Sosial. Yang mempengaruhi sikap, tingkah laku, serta tutur kata seseorang. Kontrol sosial dapat diterapkan pada diri sendiri dan masyarakat.
2. Fungsi bahasa secara khusus:
1) Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari. Manusia adalah makhluk sosial yang tak terlepas dari hubungan komunikasi dengan makhluk sosialnya. Komunikasi yang berlangsung dapat menggunakan bahasa formal dan non formal.
2) Mewujudkan Seni. Bahasa yang dapat dipakai untuk mengungkapkan perasaan melalui media seni khususnya dalam hal sastra. Terkadang bahasa yang digunakan yang memiliki makna denotasi atau makna yang tersirat. Dalam hal ini, diperlukan pemahaman yang mendalam agar bisa mengetahui makna yang ingin disampaikan.
3) Mempelajari bahasa kuno. Dengan mempelajari bahasa kuno, akan dapat mengetahui peristiwa atau kejadian dimasa lampau. Untuk mengantisipasi kejadian yang mungkin atau dapat terjadi kembali dimasa yang akan datang, atau hanya sekedar memenuhi rasa keingintahuan tentang latar belakang dari suatu hal.
4) Mengeksploitasi IPTEK. Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia akan selalu didokumentasikan supaya manusia lainnya juga dapat mempergunakannya dan melestarikannya demi kebaikan manusia itu sendiri.
V. PERANAN BAHASA INDONESIA
1. Bahasa sebagai alat komunikasi.
2. Bahasa sebagai alat pengekspresian diri.
3. Bahasa sebagai kontrol sosial.
4. Bahasa sebagai alat intergrasi dan adaptasi sosial dalam lingkungan.
RAGAM DAN LARAS BAHASA
I.
RAGAM BAHASA
Ragam Bahasa adalah variasi
bahasa menurut pemakaian yang berbeda-beda menurut topik yang di bicarakan,
menurut hubungan pembicaraan di anggap sebagai rajam yang baik, yang bisa di
gunakan di kalangan terdidik di dalam karyay ilmiah (karangan teknis,
perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat
resmi(seperti surat dimas) disebut ragam bahasa kaku atau ragam bahasa resmi.
Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan
dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah
penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di
kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi
tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut
menggunakan bahasa .
II.
MACAM-
MACAM RAGAM BAHASA
1. Ragam Bahasa Indonesia
berdasarkan media
Di dalam bahasa Indonesia
disamping dikenal kosa kata baku Indonesia dikenal pula kosa kata bahasa
Indonesia ragam baku, yang sering disebut sebagai kosa kata baku bahasa
Indonesia baku. Kosa kata baku bahasa Indonesia, memiliki ciri kaidah bahasa
Indonesia ragam baku, yang dijadikan tolak ukur yang ditetapkan berdasarkan
kesepakatan penutur bahasa Indonesia, bukan otoritas lembaga atau instansi
didalam menggunakan bahasa Indonesia ragam baku. Jadi, kosa kata itu digunakan
di dalam ragam baku bukan ragam santai atau ragam akrab. Walaupun demikian,
tidak menutup kemungkinan digunakannya kosa kata ragam baku di dalam pemakian
ragam-ragam yang lain asal tidak mengganggu makna dan rasa bahasa ragam yang
bersangkutan.
Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa
jurnalistik dan hukum, tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk
kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi panutan bagi masyarakat pengguna
bahasa Indonesia. Perlu diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku
yang berkaitan dengan latar belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku
bicara, dan topik pembicaraan (Fishman ed., 1968; Spradley, 1980). Ragam bahasa
Indonesia berdasarkan media dibagi menjadi dua yaitu :
a)
Ragam bahasa lisan
Adalah ragam bahasa yang
diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi
pengungkapan dapat membantu pemahaman. Ragam bahasa baku lisan didukung oleh
situasi pemakaian. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun
demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan
unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat
tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi
pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan
secara lisan. Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah
kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai.
Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut
sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja
diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari
ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan
dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam
tulis. Ciri-ciri ragam lisan :
1 - Memerlukan orang
kedua/teman bicara;
2 - Tergantung
situasi, kondisi, ruang & waktu;
-Hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
- Berlangsung cepat;
- Sering dapat berlangsung tanpa
alat bantu;
- Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
-Dapat
dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.
Yang termasuk dalam ragam
lisan diantaranya pidato, ceramah, sambutan, berbincang-bincang, dan masih
banyak lagi. Semua itu sering digunakan kebanyakan orang dalam kehidupan
sehari-hari, terutama ngobrol atau berbincang-bincang, karena tidak diikat oleh
aturan-aturan atau cara penyampaian seperti halnya pidato ataupun ceramah.
b) Ragam bahasa tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa
yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur
dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan
(ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam
ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti
bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran
penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
Contoh dari ragam bahasa tulis
adalah surat, karya ilmiah, surat kabar, dll. Dalam ragam bahsa tulis perlu
memperhatikan ejaan bahasa indonesia yang baik dan benar. Terutama dalam
pembuatan karya-karya ilmiah.
Ciri Ragam Bahasa Tulis :
1 -Tidak memerlukan
kehadiran orang lain.
2 - Tidak terikat ruang dan
waktu
3. Kosa kata
yang digunakan dipilih secara cermat
4. Pembentukan
kata dilakukan secara sempurna,
5. Kalimat dibentuk dengan struktur
yang lengkap, dan
6. Paragraf dikembangkan secara
lengkap dan padu.
7. Berlangsung lambat
8. Memerlukan alat bantu
2. Ragam Bahasa
Berdasarkan Penutur
a. Ragam
Bahasa Berdasarkan Daerah (logat/diolek)
Luasnya pemakaian bahasa dapat
menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh
orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di
Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memiliki ciri khas
yang berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah tampak
pada pelafalan “b” pada posisi awal saat melafalkan nama-nama kota seperti
Bogor, Bandung, Banyuwangi, dan lain-lain. Logat bahasa Indonesia orang Bali
tampak pada pelafalan “t” seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.
b. Ragam Bahasa
berdasarkan Pendidikan Penutur
Bahasa Indonesia yang digunakan
oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda dengan yang tidak
berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing,
misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak
berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm,
pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya
membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun
sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.
c. Ragam
bahasa berdasarkan sikap penutur
Ragam bahasa dipengaruhi juga
oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis
terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan
santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga
mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang
bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak
antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam
bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan
makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat
kebakuan bahasa yang digunakan.
Bahasa baku dipakai dalam :
1. Pembicaraan
di muka umum, misalnya pidato kenegaraan, seminar, rapat dinas memberikan
kuliah/pelajaran.
2. Pembicaraan dengan
orang yang dihormati, misalnya dengan atasan, dengan guru/dosen, dengan
pejabat.
3. Komunikasi resmi,
misalnya surat dinas, surat lamaran pekerjaan, undang-undang.
4. Wacana teknis,
misalnya laporan penelitian, makalah, tesis, disertasi.
3. Ragam Bahasa
menurut Pokok Pesoalan atau Bidang Pemakaian
Dalam kehidupan sehari-hari
banyak pokok persoalan yang dibicarakan. Dalam membicarakan pokok persoalan yang
berbeda-beda ini kita pun menggunakan ragam bahasa yang berbeda. Ragam bahasa
yang digunakan dalam lingkungan agama berbeda dengan bahasa yang digunakan
dalam lingkungan kedokteran, hukum, atau pers. Bahasa yang digunakan dalam
lingkungan politik, berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan
ekonomi/perdagangan, olah raga, seni, atau teknologi. Ragam bahasa yang
digunakan menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian ini dikenal pula dengan
istilah laras bahasa.
Perbedaan itu tampak dalam
pilihan atau penggunaan sejumlah kata/peristilahan/ungkapan yang khusus
digunakan dalam bidang tersebut, misalnya masjid, gereja, vihara adalah
kata-kata yang digunakan dalam bidang agama. Koroner, hipertensi, anemia,
digunakan dalam bidang kedokteran. Improvisasi, maestro, kontemporer banyak
digunakan dalam lingkungan seni. Kalimat yang digunakan pun berbeda sesuai
dengan pokok persoalan yang dikemukakan. Kalimat dalam undang-undang berbeda
dengan kalimat-kalimat dalam sastra, kalimat-kalimat dalam karya ilmiah, kalimat-kalimat
dalam koran atau majalah dan lain-lain.
v LARAS BAHASA
I.
PENGERTIAN
Laras
bahasa adalah salah satu daripada aspek sosiolinguistik iaitu mengenai bahasa
dan penggunaannya. Bahasa sentiasa mempamerkan perbezaan dalam penggunaannya
yang boleh dikatakan sebagai ragam bahasa. Dalam ilmu sosiolinguistik, ragam
bahasa di istilahkan sebagai register atau laras ( Hudson,
1980,hlm. 48) iaitu satu istilah teknik untuk menerangkan perlakuan bahasa (linguistik
behaviour) seseorang individu apabila bahasa digunakan.
Laras Bahasa Secara Umum
Perbincangan mengenai laras bahasa tidak terlepas daripada membincangkan dua
konsep, iaitu pengguna dan penggunaan. Pengguna adalah orang yang menggunakan
bahasa yang menyebabkan wujudnya dialek. Contohnya adalah seperti dialek
Kelantan, Melaka, Kedah, Sarawak dan sebagainya.
Penggunaaan
adalah bagaimana sesuatu bahasa itu digunakan secara berbeza-beza dalam
pelbagai situasi. Penggunaan bahasa yang berbeza-beza ini melahirkan laras
iaitu penggunaan bahasa yang berbeza-beza berdasarkan situasi dan faktor lain
yang melahirkan kata-kata yang berbeza mengikut keadaan. Misalnya kata-kata
yang digunakan untuk bergurau senda adalah berbeza daripada kata-kata yang
digunakan untuk menyampaikan sesuatu ucapan. Oleh itu, bolehlah dirumuskan
bahawa penggunaan bahasa yang berbeza-beza berdasarkan faktor-faktor sosial
seperti keadaan dan tempat, disebut juga laras bahasa atau laras sosial.
Penggunaan bahasa yang berbeza-beza mengikut faktor geografi atau daerah
disebut sebagai dialek daerah.
Laras bahasa boleh
didefinisikan sebagai gaya atau cara penggunaan sesuatu bahasa. Sesuatu laras
bermaksud variasi yang ada pada tiap-tiap penutur. Laras bahasa biasanya
berubah-berubah mengikut situasi. Ciri-ciri laras yang penting ialah
perbendaharaan kata, susunan ayat, dan frasa yang digunakan. Sesuatu laras
tertentu digunakan untuk keadaan atau situasi tertentu.
II.
CIRI- CIRI
LARAS BAHASA
Menurut Nik Safiah Karim (1989), kajian terhadap laras bahasa perlu
mempertimbangkan dua faktor yang utama iaitu ciri keperihalan peristiwa bahasa
dan ciri linguistik yang wujud . Ciri keperihalan pula dibahagikan kepada dua
aspek utama, iaitu situasi luaran dan situasi persekitaran.
Situasi
luaran adalah latar belakang sosial dan kebudayaan sesuatu masyarakat bahasa
yang merangkumi struktur sosial dan keseluruhan cara hidup yang menentukan
perlakuan setiap anggota masyarakat. Contohnya , apabila kita mengkaji laras
bahasa masyarakat Melayu lama, kita perlu mengaitkan dengan situasi istana,
stratifikasi sosial, tradisi sastera lisan dan aspek-aspek lain anggota
masyarakat zaman itu.
Situasi persekitaran pula
meliputi aspek-aspek yang terlibat secara langsung dalam penggunaan bahasa.
Terdapat empat situasi persekitaran yang menyebabkan wujudnya bahasa yang
berlainan atau laras. Situasi yang dimaksudkan ialah cara penyampaian,
perhubungan sosial dan peribadi, bahan yang diperkatakan, dan fungsi-fungsi
sosial perlakuan bahasa.
Cara penyampaian yang terdapat dalam situasi persekitaran menyebabkan wujudnya
kepelbagaian dalam laras bahasa. Cara penyampaian merujuk bentuk perhubungan
yang digunakan termasuk jenis bahasa lisan, bertulis, bahasa isyarat dan
sebagainya. Bahasa lisan berbeza daripada bahasa bertulis kerana terdapat
banyak variasi bahasa bertulis seperti laporan, esei, surat, wawancara, cerpen,
karangan, sajak, drama, dan sebagainya. Hasil penulisan pula berkait dengan
diri penulis, pembaca dan perkara yang ditulis. Latar belakang penulis membawa
perbezaan dalam penghasilan bahasa, penggunaan bahasa, kandungan bahan dan
aspek panjang pendek sesuatu peristiwa.
Aspek lain yang menimbulkan laras bahasa yang berbeza ialah aspek peribadi dan
aspek bukan peribadi. Aspek peribadi ialah perhubungan individu dengan individu
yang lain, hubungan kekeluargaan, rakan sebaya, sahabat karib, pekerja, dengan
majikan, rakyat dengan golongan istana dan sebagainya. Aspek bukan peribadi
pula adalah bukan bersifat peribadi seperti antara penulis dengan pembaca,
penghasil dan pembaca akhbar, penyajak dengan pembaca dan sebagainya.
Unsur yang ada dalam situasi
persekitaran bagi menentukan laras bahasa termasuklah bahan yang diperkatakan.
Bahasa yang digunakan adalah meliputi aspek yang luas iaitu meliputi
perkara-perkara biasa seperti perbualan tentang makanan, pakaian, kesihatan dan
sebagainya serta termasuk perkara-perkara khusus seperti dalam bidang sains dan
teknologi, perubatan, astronomi, geologi dan sebagainya.
Ciri lain dalam mengenal pasti
laras bahasa ialah tentang fungsi-fungsi sosial perlakuan bahasa. Aspek
perlakuan sosial termasuklah bahasa untuk menyampaikan maksud seperti
menggunakan bahasa dalam upacara-upacara tertentu seperti majlis akad nikah,
jual beli, dan sebagainya. Terdapat juga situasi yang menggunakan bahasa yang
berlainan yang dihasilkan oleh interaksi seperti jenis perbualan, iaitu orang
yang terlibat dalam perbualan dan peranan situasi-situasi tersebut dalam
masyarakat.
Empat ciri-ciri situasi
persekitaran menimbulkan laras yang berlainan dan terdapat hubungan yang erat
diantaranya. Hal ini adalah disebabkan interaksi antara kedua-dua pihak
menghasilkan laras.
Laras bahasa juga mempunyai
ciri-ciri linguistik yang melibatkan unsur tatabahasa dan pemilihan perkataan
atau leksis. Hal ini telah dijelaskan oleh Nik Safiah Karim (1982) dengan
melihat ciri-ciri tata bahasa yang terdapat dalam susunan ayat dan frasa dalam
laras bahasa. Nik Safiah berpendapat, tatabahasa yang disusun dengan cara
tertentu akan menimbulkan laras bahasa yang mempunyai pengertian yang
berbeza-beza. Ciri linguistik pula adalah berkait rapat dengan faktor sosial
seseorang seperti latar belakang orang yang bercakap atau menulis.
Laras bahasa juga turut
menunjukkan manipulasi unsur-unsur tatabahasa sesuai dengan wacana yang
dibicarakan. Contohnya laras bahasa aspek fonologi, morfologi dan sintaksis
yang meneliti penggunaan bunyi, pembentukan kata serta struktur dan binaan
ayat.
III.
JENIS- JENIS LARAS BAHASA
Laras dapat dibahagikan kepada tiga kategori utama iaitu, tajuk wacana, cara penyampaian
wacana dan gaya wacana. Tajuk wacana adalah merangkumi bidang penggunaan bahasa
seperti bidang Matematik. Cara penyampaian wacana ialah media perlakuan bahasa
samada secara lisan atau bertulis. Gaya Wacana pula adalah bidang tentang
perhubungan antara peserta perlakuan bahasa iaitu secara formal atau tidak
formal.
Daripada
tiga kategori utama ini, laras dapat dikenali berdasarkan penggunaannya dalam
pelbagai situasi. Antara jenis-jenis laras ialah laras biasa atau laras umum,
laras akademik atau laras ilmiah, laras perniagaan, laras perundangan, laras
sastera, laras iklan dan sebagainya.Hal ini kerana terdapat hubungan yang erat
antara susunan bahasa dengan situasi-situasi disebabkan interaksi sehingga
menghasilkan laras.
1 Laras Bahasa Biasa Atau Umum
Laras ini
menggunakan bahasa yang tidak membabitkan sebarang bidang ilmu atau konteks
khusus. Ia biasanya digunakan dalam perbualan harian. Laras biasa tidak
menggunakan istilah atau pola yang khusus. Ciri-cirinya adalah bebas dan mudah
difahami serta kurang terkawal dari aspek tatabahasa. Ia juga mempunyai unsur
kemesraan seperti menggunakan ganti nama diri pertama seperti aku, cek, makcik
, kak ngah dan sebagainya.
Laras bahasa biasa
menggugurkan kata sendi nama seperti dari, daripada, di, akan dan hingga. Ia
juga menggunakan ayat yang pendek dan ringkas, dan ada kalanya menggunakan
imbuhan asing. Terdapat juga unsur ambiguiti atau kekaburan makna.
Contoh: Hai Mat! Nak ke mana
tu? Singgahlah dulu!
2 Laras Perniagaan
Laras jenis ini digunakan untuk mengiklankan jenama barangan yang ingin
dijual. Gaya bahasa yang digunakan biasanya memujuk pendengar supaya membeli
barangan menerusi cara penyampaian yang amat menarik. Ayat yang digunakan
pendek-pendek dan tidak gramatis.
Contoh : Percuma, sebuah
telefon bimbit Samsung dengan setiap pembelian sebuah LCD Skrin Televisyen
Pensonic.
3 Laras Akademik
Laras
akademik boleh dibahagikan kepada beberapa bahagian berdasarkan bidang ilmu
yang diperkatakan. Antaranya laras bahasa sains, laras ekonomi, laras sastera
dan sebagainya. Laras ini kemudiannya terbahagi pula kepada beberapa sub-bidang
yang terdapat dalam sesuatu bidang akademik. Misalnya dalam bidang sains,
terdapat laras kimia, biologi dan fizik.
Dalam bidang akademik, laras
yang digunakan mudah dikesan dengan kehadiran istilah-istilah teknikal dan
khusus yang berkaitan dengan bidang berkenaan. Contohnya dalam bidang ekonomi
terdapat istilah-istilah khusus seperti permintaan, penawaran, kos, modal,
buruh dan susut nilai. Contoh laras sains dalam bidang kimia : Air terhasil
daripada kandungan hidrogen dan oksigen (H2O).
4 Laras Undang-undang
Laras undang-undang
merupakan salah satu daripada laras ilmiah yang terdapat dalam bahasa Melayu
sejak zaman dahulu lagi. Walau bagaimanapun, pada masa sekarang laras
undang-undang lebih bersifat moden dan banya menggunakan istilah teknikal.
Contoh : Defenden membantah pada awal prosiding kerana tidak bersetuju dengan
cadangan plaintif untuk mengemukakan saksi-saksi yang dikatakan tidak relevan
dengan perbicaraan berkenaan.
5 Laras Media Massa
Laras
media massa kurang mementingkan gaya atau nahu, khususnya penggunaan imbuhan
dan kata hubung. Bahasa yang digunakan bersahaja dan bersifat melaporkan
sesuatu peristiwa yang berlaku. Bahasanya juga ringkas dan mengandungi berita
yang maksimum untuk dipaparkan kepada pembaca dan penonton.
Contoh : Pasukan hijau kuning
telah memalukan pihak lawan apabila pasukan Kelantan dikalahkan di gelanggang
sendiri dengan jaringan dua gol berbalas satu.
6 Laras Sastera
Seperti
laras-laras bahasa yang lain, laras bahasa sastera juga mementingkan
istilah-istilah khusus dan teknikal. Bezanya, bidang yang diperkatakan itu
ialah mengenai bahasa dan kesusasteraan serta hubungan antara kedua-duanya.
Contoh : Apabila berbicara
mengenai kesusasteraan, kita sebenarnya akan membincangkan beberapa aspek
seperti tema, kronologi, mesej, dan watak yang mengandungi unsur-unsur
personifikasi dan metafora.
7 Laras Rencana
Laras
rencana adalah laras bersifat umum yang menyentuh mengenai tajuk tertentu. Ciri
utama dalam laras rencana ialah kepelbagaian idea mengenai sesuatu tajuk yang
diperkatakan.
Contoh : Oleh kerana baru
dilancarkan, kejayaan model terbaru Proton belum dapat diukur sepenuhnya.
Pelbagai aspek seperti pilihan pembeli, faktor rekabentuk, kemudahan
mendapatkan alat ganti dan ketahanannya perlu diambil kira. Model terbaru ini
pastinya berhadapan dengan pelbagai rintangan sebelum ia berkemampuan untuk
menguasai pasaran dalam dan luar negara.
v
HAL- HAL YANG MEMPENGARUHI LARAS DAN RAGAM BAHASA
Dalam bahasa Indonesia terdapat aneka ragam bahasa
yang timbul akibat pengaruh dari berbagai hal yang berhubungan dengan penutur
bahasa dan sarana atau media yang digunakan
1. Hal
yang berhubungan dengan penutur dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Latar belakang daerah penutur
Ragam bahasa Indonesia yang dipengaruhi oleh latar
belakang daerah penuturnya menimbulkan ragam daerah atau dialek. Dialek adalah
cara berbahasa Indonesia yang diwarnai oleh karakter bahasa daerah yang masih
melekat pada penuturnya. Contoh : bahasa Indonesia dengan dialek betawi
biasanya menggunakan fonem /e/ untuk melafalkan kata yang berakhiran /a/,
misalnya apa menjadi ape, dimana menjadi dimane dan seterusnya. Begitupun
dengan logat jawa untuk menyebutkan kata berawalan konsonan /b/ akan terdengar
bunyi konsonan /m/ misalnya bandung menjadi mbandung, bogor menjadi mbogor
b. Latar belakang pendidikan penutur
Berdasarkan latar belakang pendidikan penutur,
timbul lafal yang bersifat baku khusunya dalam pengucapan kosakata yang berasal
dari unsur serapan asing. Kaum berpendidikan pada umumnya melafalkan sesuai
dengan lafal baku. Namun, untuk yang kurang atau tidak berpendidikan, pelafalan
diucapkan tidak tepat atau tidak baku
Contoh pengucapan kata film, foto, focus diucapkan
pilm, poto, pokus
c. Situasi pemakaian sikap dan hubungan social
penutur
Berdasarkan hal ini, timbul ragam formal, semi
formal dan non formal. Ragam formal digunakan pada situasi resmi atau formal,
seperti kantor, dalam rapat, seminar atau acara-acara kenegaraan. Ragam formal
menggunakan kosa kata baku dan kalimatnya terstruktur lengkap. Ragam formal
juga dipakai jika penutur berbicara pada orang yang disegani atau dihormati, misalnya
pimpinan perusahaan
Ragam semi formal dan non formal biasa dipakai pada
situasi tidak resmi seperti diwarung, dikantin, dipasar, pada situasi santai
dan akrab. Ragam semi formal dan non formal dibedakan oleh pemilihan katanya.
Ragam semi formal menggunakan kalimat yang tidak lengkap gramatikalnya dan
kosakata yang dipilih cenderung tidak baku, sedangkan ragam non formal relatif
sama dengan ragam iformal hanya pilihan katanya lebih luwes atau bebas
Kata daerah atau kata gaul dapat digunakan
sepanjang masing-masing penuturannya memahami dan tak terganggu dengan
penggunaan kata tersebut
Contoh :
1. Kalau soal itu, saya nggak tau persis
(informal/semiformal)
2. Emangnya kamu nggak dikasih kupon (semiformal)
3. Kalau soal itu, ogut nggak tau deh (nonformal)
4. Emangnya situ nggak ngantor mas (nonformal)
d. Ruang lingkup pemakaian atau pokok persoalan
yang dibicarakan
Dilingkup kelompok penutur. Banyak persoalan yang
dapat menjadi topic pembicaraan dalam kehidupan sehari-hari. Saat membicarakan
topic tertentu, seseorang akan menggunakan kosa kata kajian atau khusus yang
berhubungan dengan topic pembicaraan tersebut. Ragam bahasa yang digunakan
untuk membahas suatu bidang akan berbeda dengan bidang lainnya, misalnya
pembicaraan yang berhubungan dengan agama tertentu menggunakan istilah yang
berhubungan dengan agama, begitu pula dengan bidang lainnya. Masing-masing
memiliki ciri khas kata atau ragam bahasa yang digunakan. Termasuk penggunaan
ungkapan atau gaya bahasanya. Variasi ini disebut dengan laras bahasa
2. Ragam bahasa
Berdasarkan sarananya, ragam bahasa dibagi menjadi
dua yaitu sebagai berikut :
a. Ragam bahasa lisan
Terjadi bila komunikasi langsung dengan lawan
bicara
b. Ragam bahasa tulisan
Terjadi bila tidak ada komunikasi langsung dengan
lawan bicara
Ragam bahasa lisan adalah ragam bahasa yang
diungkapkan melalui sarana lisan. Ragam bahasa ini disebut juga ujaran. Ragam
bahasa lisan dapat disertai oleh bahasa tubuh, misalnya gerak-gerik, mimik
muka, intonasi dan isyarat. Dengan demikian walaupun menggunakan menggunakan
kalimat tidak sempurna, lawan bicara tetap memahami maksudnya. Adapun yang
termasuk dalam ragam bahasa lisan ini mencakup percakapan, pidato dan ragam
kuliah
3. Ragam Bahasa Resmi dan Ragam Bahasa Tidak Resmi
Menurut atau situasi pemakainya, ragam bahasa
dibagi menjadi ragam bahasa resmi dan ragam bahasa tidak resmi
a. Ragam bahasa resmi
Adalah ragam bahasa yang digunakan dalam suasana
resmi atau formal, misalnya pidato, surat dinas, makalah
b. Ragam bahasa tidak resmi
Adalah ragam bahasa yang digunakan dalam suasana
tidak resmi
Misalnya surat pribadi dan surat keluarga
Ciri-ciri ragam bahasa resmi adalah sebagai
berikut:
1. Digunakan dalam situasi resmi
2. Nada bicara (intonasi) yang cenderung datar
3. Menggunakan diksi yang baku
4. Kalimat yang di ungkapkan adalah hal yang
lengkap
Ciri-ciri ragam bahasa tidak resmi adalah sebagai
berikut
1. Digunakan dalam situasi tidak resmi
2. Menggunakan diksi yang tidak baku
3. Sering menggunakan kalimat-kalimat yang tidak
lengkap
SUMBER
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia
https://www.academia.edu/6557168/FUNGSI_BAHASA_INDONESIA_fix
https://docs.google.com/file/d/0BzXDAIuojdVMNk1wSkhTTm9xMEU/view?pli=1
http://www.dosenpendidikan.com/50-pengertian-bahasa-menurut-para-ahli/
http://haveljozz.blogspot.co.id/2015/04/peranan-dan-fungsi-bahasa-indonesia.html
http://fajar-sic-035.blogspot.co.id/2014/10/ragam-dan-laras-bahasa_16.html
http://top-studies.blogspot.co.id/2015/06/pengenalan-ragam-atau-laras-bahasa.html